DARI PESANTREN

Jumat, 03 September 2010

RENCANA Quraisy akan membunuh Muhammad pada malam hari, karena
dikuatirkan  ia  akan hijrah ke Medinah dan memperkuat diri di
sana serta segala  bencana  yang  mungkin  menimpa  Mekah  dan
menimpa  perdagangan  mereka  dengan  Syam  sebagai akibatnya,
beritanya sudah sampai kepada Muhammad. Memang tak  ada  orang
yang  menyangsikan, bahwa Muhammad akan menggunakan kesempatan
itu untuk hijrah. Akan tetapi, karena  begitu  kuat  ia  dapat
menyimpan   rahasia   itu,   sehingga  tiada  seorangpun  yang
mengetahui, juga Abu Bakr, orang yang  pernah  menyiapkan  dua
ekor  unta  kendaraan tatkala ia meminta ijin kepada Nabi akan
hijrah,  yang  lalu  ditangguhkan,  hanya  sedikit  mengetahui
soalnya. Muhammad sendiri memang masih tinggal di Mekah ketika
ia sudah  mengetahui  keadaan  Quraisy  itu  dan  ketika  kaum
Muslimin  sudah  tak  ada  lagi  yang tinggal kecuali sebagian
kecil. Dalam ia menantikan perintah Tuhan yang akan mewahyukan
kepadanya  supaya  hijrah, ketika itulah ia pergi ke rumah Abu
Bakr dan memberitahukan,  bahwa  Allah  telah  mengijinkan  ia
hijrah. Dimintanya Abu Bakr supaya menemaninya dalam hijrahnya
itu, yang lalu diterima baik oleh Abu Bakr.

Di sinilah dimulainya kisah yang paling  cemerlang  dan  indah
yang  pernah  dikenal  manusia  dalam  sejarah pengejaran yang
penuh bahaya, demi kebenaran, keyakinan dan iman. Sebelum  itu
Abu  Bakr  memang  sudah  menyiapkan  dua  ekor  untanya  yang
diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah b.  Uraiqiz  sampai
nanti  tiba waktunya diperlukan. Tatkala kedua orang itu sudah
siap-siap akan meninggalkan Mekah mereka sudah  yakin  sekali,
bahwa  Quraisy  pasti  akan membuntuti mereka. Oleh karena itu
Muhammad memutuskan akan menempuh jalan lain dari yang  biasa,
Juga akan berangkat bukan pada waktu yang biasa.

Pemuda-pemuda  yang  sudah disiapkan Quraisy untuk membunuhnya
malam itu sudah mengepung rumahnya, karena dikuatirkan ia akan
lari.  Pada  malam  akan  hijrah itu pula Muhammad membisikkan
kepada Ali b. Abi Talib supaya memakai  mantelnya  yang  hijau
dari  Hadzramaut  dan  supaya  berbaring  di  tempat tidurnya.
Dimintanya supaya sepeninggalnya  nanti  ia  tinggal  dulu  di
Mekah menyelesaikan barang-barang amanat orang yang dititipkan
kepadanya. Dalam pada itu pemuda-pemuda yang  sudah  disiapkan
Quraisy,  dari  sebuah  celah  mengintip ke tempat tidur Nabi.
Mereka melihat ada sesosok  tubuh  di  tempat  tidur  itu  dan
merekapun puas bahwa dia belum lari.

Tetapi,  menjelang  larut malam waktu itu, dengan tidak setahu
mereka Muhammad sudah keluar menuju ke rumah Abu  Bakr.  Kedua
orang  itu  kemudian  keluar  dari jendela pintu belakang, dan
terus bertolak ke arah selatan menuju gua Thaur. Bahwa  tujuan
kedua  orang  itu  melalui  jalan sebelah kanan adalah di luar
dugaan.

Tiada seorang  yang  mengetahui  tempat  persembunyian  mereka
dalam  gua  itu  selain  Abdullah b. Abu Bakr, dan kedua orang
puterinya Aisyah dan Asma,  serta  pembantu  mereka  'Amir  b.
Fuhaira.  Tugas  Abdullah  hari-hari  berada  di tengah-tengah
Quraisy   sambil   mendengar-dengarkan   permufakatan   mereka
terhadap   Muhammad,   yang   pada   malam   harinya  kemudian
disampaikannya kepada Nabi dan kepada  ayahnya.  Sedang  'Amir
tugasnya    menggembalakan    kambing    Abu   Bakr'   sorenya
diistirahatkan, kemudian mereka memerah  susu  dan  menyiapkan
daging.  Apabila  Abdullah  b.  Abi  Bakr  keluar kembali dari
tempat mereka, datang  'Amir  mengikutinya  dengan  kambingnya
guna menghapus jejaknya.

Kedua  orang itu tinggal dalam gua selama tiga hari. Sementara
itu pihak  Quraisy  berusaha  sungguh-sungguh  mencari  mereka
tanpa  mengenal  lelah.  Betapa  tidak.  Mereka melihat bahaya
sangat mengancam mereka kalau mereka tidak  berhasil  menyusul
Muhammad  dan  mencegahnya  berhubungan  dengan pihak Yathrib.
Selama kedua  orang  itu  berada  dalam  gua,  tiada  hentinya
Muhammad   menyebut   nama  Allah.  KepadaNya  ia  menyerahkan
nasibnya itu dan memang kepadaNya pula segala  persoalan  akan
kembali.  Dalam  pada  itu Abu Bakr memasang telinga. Ia ingin
mengetahui adakah  orang-orang  yang  sedang  mengikuti  jejak
mereka itu sudah berhasil juga.

Kemudian  pemuda-pemuda Quraisy - yang dari setiap kelompok di
ambil seorang itu - datang. Mereka membawa pedang dan  tongkat
sambil  mundar-mandir  mencari  ke segenap penjuru. Tidak jauh
dari gua Thaur itu mereka bertemu dengan seorang gembala, yang
lalu ditanya.

"Mungkin  saja  mereka  dalam gua itu, tapi saya tidak melihat
ada orang yang menuju ke sana."

Ketika mendengar jawaban  gembala  itu  Abu  Bakr  keringatan.
Kuatir  ia,  mereka  akan  menyerbu  ke dalam gua. Dia menahan
napas tidak bergerak, dan hanya  menyerahkan  nasibnya  kepada
Tuhan.  Lalu  orang-orang Quraisy datang menaiki gua itu, tapi
kemudian ada yang turun lagi.

"Kenapa   kau   tidak   menjenguk   ke   dalam   gua?"   tanya
kawan-kawannya.

"Ada  sarang  laba-laba  di  tempat itu, yang memang sudah ada
sejak sebelum Muhammad lahir," jawabnya. "Saya melihat ada dua
ekor burung dara hutan di lubang gua itu. Jadi saya mengetahui
tak ada orang di sana."

Muhammad makin sungguh-sungguh berdoa dan Abu Bakr juga  makin
ketakutan. Ia merapatkan diri kepada kawannya itu dan Muhammad
berbisik di telinganya:

"Jangan bersedih hati. Tuhan bersama kita."

Dalam buku-buku hadis ada juga sumber yang menyebutkan,  bahwa
setelah  terasa  oleh  Abu  Bakr bahwa mereka yang mencari itu
sudah mendekat ia berkata dengan berbisik:

"Kalau mereka ada yang menengok ke bawah  pasti  akan  melihat
kita."

"Abu   Bakr,  kalau  kau  menduga  bahwa  kita  hanya  berdua,
ketiganya adalah Tuhan," kata Muhammad.

Orang-orang Quraisy makin yakin bahwa dalam gua  itu  tak  ada
manusia  tatkala  dilihatnya ada cabang pohon yang terkulai di
mulut gua. Tak ada jalan orang akan dapat  masuk  ke  dalamnya
tanpa  menghalau  dahan-dahan  itu.  Ketika itulah mereka lalu
surut kembali. Kedua orang bersembunyi  itu  mendengar  seruan
mereka  supaya  kembali ke tempat semula. Kepercayaan dan iman
Abu Bakr bertambah besar kepada Allah dan kepada Rasul.

"Alhamdulillah, Allahuakbar!" kata Muhammad kemudian.

Sarang laba-laba, dua  ekor  burung  dara  dan  pohon.  Inilah
mujizat  yang  diceritakan  oleh  buku-buku sejarah hidup Nabi
mengenai masalah persembunyian dalam gua Thaur itu. Dan  pokok
mujizatnya  ialah  karena  segalanya  itu  tadinya  tidak ada.
Tetapi sesudah Nabi dan sahabatnya bersembunyi dalam gua, maka
cepat-cepatlah  laba-laba  menganyam  sarangnya  guna  menutup
orang yang dalam gua itu dari  penglihatan.  Dua  ekor  burung
dara  datang  pula  lalu  bertelur  di  jalan  masuk. Sebatang
pohonpun  tumbuh  di  tempat  yang  tadinya  belum  ditumbuhi.
Sehubungan dengan mujizat ini Dermenghem mengatakan:

"Tiga  peristiwa  itu  sajalah  mujizat  yang diceritakan oleh
sejarah Islam yang benar-benar: sarang  laba-laba,  hinggapnya
burung  dara dan tumbuhnya pohon-pohonan. Dan ketiga keajaiban
ini setiap hari persamaannya selalu ada di muka bumi."

Akan tetapi mujizat begini ini tidak  disebutkan  dalam  Sirat
Ibn  Hisyam  ketika  menyinggung cerita gua itu. Paling banyak
oleh ahli sejarah ini disebutkan sebagai berikut:

"Mereka berdua menuju ke sebuah gua  di  Gunung  Thaur  sebuah
gunung  di  bawah  Mekah  -  lalu  masuk ke dalamnya. Abu Bakr
meminta anaknya Abdullah supaya mendengar-dengarkan  apa  yang
dikatakan  orang  tentang  mereka itu siang hari, lalu sorenya
supaya kembali membawakan berita yang terjadi hari itu. Sedang
'Amir  b.  Fuhaira supaya menggembalakan kambingnya siang hari
dan diistirahatkan kembali bila sorenya ia  kembali  ke  dalam
gua.  Ketika itu, bila hari sudah sore Asma, datang membawakan
makanan yang cocok buat mereka ... Rasulullah  s.a.w.  tinggal
dalam  gua  selama  tiga hari tiga malam. Ketika ia menghilang
Quraisy menyediakan seratus ekor unta  bagi  barangsiapa  yang
dapat  mengembalikannya  kepada mereka. Sedang Abdullah b. Abi
Bakr siangnya berada  di  tengah-tengah  Quraisy  mendengarkan
permufakatan  mereka  dan  apa yang mereka percakapkan tentang
Rasulullah  s.aw.  dan  Abu  Bakr,  sorenya  ia  kembali   dan
menyampaikan berita itu kepada mereka.

'Amir   b.   Fuhaira   -   pembantu   Abu  Bakr  -  waktu  itu
menggembalakan ternaknya di tengah-tengah para gembala  Mekah,
sorenya  kambing  Abu  Bakr  itu  diistirahatkan,  lalu mereka
memerah susu dan menyiapkan daging. Kalau paginya Abdullah  b.
Abi  Bakr  bertolak dari tempat itu ke Mekah, 'Amir b. Fuhaira
mengikuti jejaknya dengan membawa  kambing  supaya  jejak  itu
terhapus. Sesudah berlalu tiga hari dan orangpun mulai tenang,
aman mereka, orang yang disewa datang membawa unta kedua orang
itu serta untanya sendiri... dan seterusnya."

Demikian  Ibn  Hisyam menerangkan mengenai cerita gua itu yang
kami nukilkan sampai pada waktu Muhammad dan sahabatnya keluar
dari sana.

Tentang pengejaran Quraisy terhadap Muhammad untuk dibunuh itu
serta tentang cerita gua ini datang firman Tuhan demikian:

"Ingatlah tatkala orang-orang kafir (Quraisy)  itu  berkomplot
membuat  rencana  terhadap  kau,  hendak  menangkap  kau, atau
membunuh kau, atau mengusir kau. Mereka  membuat  rencana  dan
Allah  membuat  rencana pula. Allah adalah Perencana terbaik."
(Qur'an, 8: 30)

"Kalau kamu tak dapat menolongnya, maka Allah juga Yang  telah
menolongnya   tatkala   dia   diusir  oleh  orang-orang  kafir
(Quraisy). Dia  salah  seorang  dari  dua  orang  itu,  ketika
keduanya  berada  dalam  gua.  Waktu  itu  ia  berkata  kepada
temannya itu: 'Jangan bersedih hati, Tuhan bersama kita!' Maka
Tuhan  lalu  memberikan  ketenangan kepadanya dan dikuatkanNya
dengan pasukan yang tidak kamu  lihat.  Dan  Allah  menjadikan
seruan  orang-orang kafir itu juga yang rendah dan kalam Allah
itulah yang tinggi.  Dan  Allah  Maha  Kuasa  dan  Bijaksana."
(Qur'an, 9: 40)

Pada  hari  ketiga, bila mereka berdua sudah mengetahui, bahwa
orang sudah tenang kembali mengenai diri  mereka,  orang  yang
disewa  tadi  datang  membawakan  unta  kedua  orang itu serta
untanya sendiri. Juga Asma, puteri Abu Bakr datang  membawakan
makanan.  Oleh  karena  ketika  mereka  akan berangkat tak ada
sesuatu yang dapat dipakai menggantungkan makanan dan  minuman
pada  pelana  barang,  Asma,  merobek  ikat  pinggangnya  lalu
sebelahnya dipakai menggantungkan  makanan  dan  yang  sebelah
lagi    diikatkan.    Karena   itu   ia   lalu   diberi   nama
"dhat'n-nitaqain" (yang bersabuk dua).

Mereka   berangkat.   Setiap   orang    mengendarai    untanya
sendiri-sendiri dengan membawa bekal makanan. Abu Bakr membawa
limaribu dirham dan itu  adalah  seluruh  hartanya  yang  ada.
Mereka  bersembunyi  dalam gua itu begitu ketat. Karena mereka
mengetahui pihak Quraisy sangat  gigih  dan  hati-hati  sekali
membuntuti,  maka  dalam  perjalanan  ke  Yathrib  itu  mereka
mengambil jalan yang tidak biasa ditempuh orang.  Abdullah  b.
'Uraiqit  -  dari Banu Du'il - sebagai penunjuk jalan, membawa
mereka hati-hati sekali ke  arah  selatan  di  bawahan  Mekah,
kemudian menuju Tihama di dekat pantai Laut Merah. Oleh karena
mereka melalui jalan  yang  tidak  biasa  ditempuh  orang,  di
bawanya mereka ke sebelah utara di seberang pantai itu, dengan
agak menjauhinya, mengambil jalan yang paling sedikit  dilalui
orang.

Kedua  orang itu beserta penunjuk jalannya sepanjang malam dan
di waktu siang berada di atas  kendaraan.  Tidak  lagi  mereka
pedulikan  kesulitan,  tidak  lagi  mereka mengenal lelah. Ya,
kesulitan mana yang  lebih  mereka  takuti  daripada  tindakan
Quraisy  yang  akan  merintangi  mereka  mencapai  tujuan yang
hendak mereka  capai  demi  jalan  Allah  dan  kebenaran  itu!
Memang,  Muhammad  sendiri  tidak pernah mengalami kesangsian,
bahwa Tuhan akan menolongnya, tetapi "jangan kamu mencampakkan
diri  ke  dalam bencana." Allah menolong hambaNya selama hamba
menolong  dirinya  dan  menolong   sesamanya.   Mereka   telah
melangkah dengan selamat selama dalam gua.

Akan  tetapi  apa yang dilakukan Quraisy bagi barangsiapa yang
dapat  mengembalikan  mereka  berdua  atau  dapat  menunjukkan
tempat mereka, wajar sekali akan menarik hati orang yang hanya
tertarik pada hasil  materi  meskipun  akan  diperoleh  dengan
jalan  kejahatan.  Apalagi  jika  kita  ingat orang-orang Arab
Quraisy itu memang sudah  menganggap  Muhammad  musuh  mereka.
Dalam  jiwa  mereka  terdapat suatu watak tipu-muslihat, bahwa
membunuh orang yang tidak bersenjata dan menyerang pihak  yang
tak  dapat  mempertahankan  diri,  bukan  suatu hal yang hina.
Jadi, dua orang itu harus benar-benar waspada,  harus  membuka
mata, memasang telinga dan penuh kesadaran selalu.

Dugaan  kedua  orang  itu  tidak meleset. Sudah ada orang yang
datang  kepada  Quraisy  membawa  kabar,  bahwa   ia   melihat
serombongan kendaraan unta terdiri dari tiga orang lewat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar