DARI PESANTREN

Jumat, 03 September 2010

MASJID AGUNG MAGELANG

Dimanapun kota-kota di Indonesia, tata kotanya selalu memilki alun-alun dengan masjid agung di sebelah baratnya, tak terkecuali Kota Magelang, sebuah kota yang telah berusia 1104 tahun. Tata kota demikian adalah model tata kota praja yang diadopsi dari tata kota praja Kerajaan Demak, bahwa alun-alun adalah perlambang pusat cakrawala dunia.

Sebagaimana pakem arsitektur tata kota praja yang diadopsi dari jaman Demak, bahwa Masjid Agung selalu berada di sebelah barat. Demikian pula dengan Masjid Agung Magelang, terletak di sebelah barat Alun-alun Kota. Masjid ini dibangun pada tahun 1894 atas prakarsa Sajid Alwi bin Achmad Danuningrat, Bupati Magelang I, dan dinamai dengan Masjid Jami’ Magelang. Masjid Agung Magelang beberapa kali dilakukan pemugaran, diantaranya adalah pada tahun 1932 dilakukan penambahan bangunan serambi kanan kiri dan bagian depan. Kemudian pada tahun 1980/1981 dilakukan perluasan serambi

Sebagaimana pakem masjid agung jaman kerajaan Demak, Masjid Agung Magelang juga dilengkapi dengan menara dan beduk, sebagai sarana menandai manjing waktu sholat dan mengumandangkan adzan.

Dalam rangka mengenalkan masjid kepada Rama sejak dini maka pekan kemarin saya mengajak Rama dolan ke Masjid Agung Magelang. Di sana, Rama yang sudah mulai berjalan, dapat bebas berjalan kesana kemari tanpa halangan. Beda dengan di rumah yang jalan beberapa meter saja sudah kepentok pintu dan tembok, saking sempitnya rumah saya.

Hampir 2 jam berada di sana sambil mengawasi Rama meningkatkan jam terbangnya berjalan, saya memandang ke arah alun-alun. Aktivitas pagi di alun-alun masih belum terlalu ramai. Jalanan di depan Masjid Agung Magelang juga masih nampak lengang. Berbeda dengan suasana sore menjelang senja dimana jalanan lebih padat kendaraan dan alun-alun menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sosial. Para pedagang kaki lima mulai menata dagangannya, ditengah alun-alun banyak yang bermain dan nongkrong-nongkrong di bawah pohon beringin, tak terkecuali para Pendekar Tidar jika hari Sabtu selalu Gethukan alias Kopdar di bawah beringin tersebut.

Sebagai kota kecil, sangat wajar bila pusat keramaian dan kegiatan masyarakat hanya terpusat di Alun-alun. Berbeda dengan kota-kota besar yang tingkat keramaiannya merata disegala penjuru kota. Tak ubahnya dengan Magelang, yang hanya ramai di alun-alun dan di sekitaran Pecinan saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar