DARI PESANTREN

Rabu, 25 Agustus 2010

TRADISI SYAWALAN DI PAYAMAN

WARGA Kabupaten Magelang dan sekitarnya punya tradisi Syawalan di makam KH Muhammad Syirot atau Mbah Agung, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), di belakang Masjid Agung Payaman. Setiap 8 Syawal, ratusan orang berdoa di makam tersebut.
Tradisi itu tentu berbeda dari daerah lain yang pada 8 Syawal mengadakan ritual bakdo kupat atau kupatan, selamatan dengan menggunakan kupat dan sayur. Di Payaman, warga nahdliyyin mendoakan pendiri NU itu untuk ngalap berkah dari keshalehan Mbah Agung. Di situ tak ada selamatan kupat.
Bacaan Surat Yasin dan tahlil mengawali acara itu. Ratusan warga secara khusyuk duduk di sekitar makam mengikuti lafal yang dibaca pemimpin doa. Setelah itu, acara mauidoh khasanah atau ceramah oleh KH Abdurrahman Chudlori, pengasuh Pondok API Tegalrejo, Magelang.
Tradisi itu, menurut cucu Mbah Agung, KH Khomarun, sudah berlangsung sejak 1948. Berawal dari sebuah warisan leluhur yang mengajarkan untuk selalu mendoakan orang yang meninggal. Setelah Bupati Magelang pertama Danu Ningrat atau Danu Sugondo wafat, setiap 8 Syawal Mbah Agung memimpin doa untuknya.
"Tapi setelah Mbah Agung wafat pada 1958, tradisi itu berlaku juga di makamnya. Ini bagian dari tradisi NU yang selalu mendoakan orang shaleh untuk mendapatkan berokah dari Allah," katanya.
Diwarisi Anak-cucu
Menurutnya, para santri yang pernah menimba ilmu di Payaman hampir bisa dipastikan datang ke acara tersebut. Lama-lama tradisi itu diwarisi para anak-cucu para santri Payaman.
Selain berdoa, warga di sekitar Payaman juga bersilaturahmi keliling dusun. Meskipun mereka telah bersilaturahmi pada 1 Syawal, diulang lagi pada 8 Syawal.
Dalam tradisi silaturahmi itu, setiap rumah menyajikan menu makanan. Entah saudara atau tidak, siapa saja yang bersilaturahmi diwajibkan makan dulu. Menu makanan tak seperti kupatan, tapi hanya nasi dan sayur seadanya.
"Kami sangat senang jika ada tamu yang langsung makan. Kalau makanan itu habis, berarti rezeki dari Allah membawa berkah bagi setiap umatnya," kata Sumi (54), warga Kauman, Payaman.
Menurutnya, tak ada alasan untuk tak kuat menjamu tamunya. Asalkan ada niat, akan dapat rezeki untuk membeli bahan makanan. "Jadi, miskin atau kaya, semua pasti menjamu tamunya dengan makanan," tambahnya. (Sholahuddin-66)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar